SEMINAR NASIONAL – DALAM RANGKA DIES NATALIS UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI KE-III MENGUSUNG TEMA KESEHATAN MENTAL LIFE BALANCE DAN MANAJEMEN STRES

SEMINAR NASIONAL – DALAM RANGKA DIES NATALIS UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI KE-III MENGUSUNG TEMA KESEHATAN MENTAL LIFE BALANCE DAN MANAJEMEN STRES

Universitas Bhamada Slawi mengadakan seminar nasional bertajuk “Life Balance dan Manajemen Stres” dalam rangka menyambut Dies Natalis yang ke-III. Acara seminar ini dilaksanakan pada hari Rabu 17 Juli 2024 bertempat di Aula Drs. Widodo Universitas Bhamada Slawi. Acara seminar dimeriahkan kurang lebih 1.700 peserta baik offline dan online yang dapat disimak secara gratis di zoom dan youtube Universitas Bhamada Slawi.
Pemateri seminar yaitu Prof Dra. Yayi Suryo Prabandari M.Si., Ph.D. selaku kepala departemen perilaku kesehatan, lingkungan, dan kedokteran sosial FK-KMK Universitas Gadjah Mada dan Dr. Faisaluddin, M.Psi.,Psikolog. selaku dosen D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhamada Slawi. Acara dimulai pukul 08.00 wib dengan salam serta ucapan basmallah, kemudian dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta menyampaikan susunan acara.
Adapun tamu undangan yang hadir dalam kegiatan seminar ini adalah Dr. Maufur selaku Rektor Universitas Bhamada Slawi dan pimpinan yayasan Tri Sanja Husada. Peserta offline didominasi oleh tamu undangan dari berbagai wilayah, mahasiswa, serta dosen-dosen Universitas Bhamada Slawi. Dalam pidato singkat Dr. Maufur beliau berharap, “mudah-mudahan kegiatan ini membawa manfaat bagi kita semua baik dari Universitas Bhamada Slawi, peserta dan tentu para narasumber. Karena tema yang dibahas kali ini cukup menarik yaitu Life Balance dan Manajemen Stres, di sisi lain mungkin ini adalah materi baru dan juga bagi sisi lainnya ini merupakan materi lama yang sudah dipahami oleh beberapa dari kita dan pada seminar ini kami adakan kembali untuk penyegaran.”

Mic berpindah tangan kepada seorang moderator yang akan memandu jalannya seminar. Ia adalah Ibu Ike Putri Setyatama S.ST.,M.Kes. yang merupakan dosen dari Universitas Bhamada Slawi. Sebagai pembuka sebelum para narasumber diminta menaiki atas panggung untuk penyampaian materi, moderator memberi sebuah pembuka yang berkaitan erat dengan tema seminar kali ini. Beliau berkata “stres akan dialami oleh manusia dan tentunya di kehidupan pribadi dan emosional kita, dan jika terlalu banyak stres akan memengaruhi kesehatan, pekerjaan, bahkan sampai kesejahteraan kita. Suatu survei pada tahun 2022 dikatakan bahwa Gen Z adalah generasi yang rentang cemas dan stres. Oleh karena itu kita harus bisa memanagemen stres, mengelola stres untuk bisa menghasilkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.”

Sebagai intermezzo kepala departemen perilaku kesehatan, lingkungan, dan kedokteran sosial FK-KMK Prof. Yayi bertanya kepada para hadirin “Apa yang bapak dan Ibu ketahui tentang sehat jiwa?” Beberapa orang menyahut pertanyaan Ibu Yayi. Lantas beliau menegaskan bahwa menurut WHO yang dinamakan sehat itu dibagi menjadi 3. Yang pertama sehat fisik seperti tidak mengalami sakit atau nyeri dan sebagainya, kemudian yang kedua sehat jiwa seperti senantiasa merasa baik, tidak emosi, atau stres. Lalu yang ketiga adalah sehat sosial yaitu relasi atau hubungan dengan orang lain di sekitar kita yang berjalan baik-baik saja tanpa konflik.

Ketika ada perubahan seperti kelelahan, pusing, diare, dan lain-lain pada fisik kita berarti kita sedang tidak sehat fisiknya, begitu juga jika kita merasa sulit konsentrasi, mudah lupa atau sampai mudah marah berarti ada yang tidak benar pada kesehatan pikiran kita. Salah satu pemicu yang menyebabkan seseorang di zaman modern stres adalah karena media sosial. Karena itu informasi menjadi menyebar sangat cepat. Hingga pada zaman covid peristiwa ini dinamai infodemik atau informasi dari berbagai sumber yang tidak semua jelas kebenarannya, padahal seharusnya ketika kita memperoleh informasi harusnya segera diseleksi, apakah informasi ini valid dan fakta kebenarannya. Berkat infodemik inilah pengguna medsos yang didominasi para remaja membuat mental mereka breakdown dan kebingungan. Di lain sisi penggunaan medsos dan internet merupakan dampak globalisasi yang baik jika kita menggunakannya dengan bijak. Seperti memberi fasilitas interaksi sosial dengan keluarga dan teman, menyediakan informasi, bahkan banyak medsos yang memberikan konten-konten sehat seperti kesehatan mental yang begitu dibutuhkan pada remaja di zaman sekarang.

Menurut Prof Yayi cara mengatasi stres adalah dengan menyadari seberapa rentangnya kita terhadap suatu isu. Jika kita mudah rentang atau sensitif, akan jauh lebih senang untuk kita merasa stres sehingga yang harus dilakukan adalah dengan Let’s Talk atau Mari Bicara. Maksudnya adalah jika merasa ada satu dua hal yang membuat resah bicarakanlah dengan orang lain, namun jangan adukan pada mesdos karena tidak semua orang bisa menempatkan posisi seperti yang sedang dirasakan oleh orang tersebut. Kemudian perbanyak istirahat, pola makan dan olahraga, karena secara riset pun ketiga aspek itu memang berpengaruh pada kesehatan rohani tiap manusia bukan hanya jasmani saja. Kemudian supaya terhindar dari depresi, yang harus dilakukan adalah memahami hidup dengan fakta yang ada, hargai dan bersyukur atau berhenti mengeluh. Lalu untuk tips balance pada kehidupan yang terpenting adalah sadari bahwa “kita yang mengatur jadwal bukan jadwal yang mengatur kita.” Sesibuk apapun pekerjaan yang dihadapi, Prof Yayi mengingatkan untuk jangan pernah lupa supaya memberikan waktu untuk keluarga, hobby, dan me time. Serta atur mana hal yang harus dikerjakan, tentukan mana yang primer, diprioritaskan, dan ambillah waktu yang berkualitas.

Pemateri kedua oleh dosen Universitas Bhamada Slawi yaitu Dr. Faisaluddin, M.Psi.,Psikolog. Memberikan penekanan materi tentang manajemen stres khususnya kepada para mahasiswa. Masalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa sekarang adalah mereka tidak seimbang dalam kehidupan kuliah dan kehidupan sehari-hari. Dr. Faisaluddin menyayangkan banyaknya mahasiswa yang tidur hanya 4-5 jam. Itu dikarenakan para mahasiswa selalu terikat pada gadget dan tidak terbiasa mengatur jadwal. Mahasiswa sekarang terlalu sering mengerjar deadline, itu disebabkan kecenderungan yang sulit untuk melepaskan diri dari medsos. Sehingga yang diprioritaskan adalah bermain dulu baru tugas kemudian.

Dr. Faisaluddin memaparkan jika Study Life Balance adalah keseimbangan study dengan kehidupan lain atau keseharian. Beliau membagikan tips-tips bagi para mahasiswa untuk belajar mengatur keseimbangan dengan cara masuk organisasi sebanyak-banyaknya sampai kita sadar untuk mensortir mana organisasi yang betul-betul disukai dan dibutuhkan, kemudian perlunya memanagemen waktu, harus adanya komitmen seperti kapan waktunya untuk belajar, main, mengerjakan tugas. Yang paling penting adalah progres. Biarpun sebentar tapi asalkan dilakukan konsisten, maka itu akan berdampak baik bagi keseimbangan hidup.

Untuk materi apa itu stres, Dr. Faisaluddin menjelaskan bahwa stres adalah respon alami tubuh ketika sedang merasa terancam. Di dunia medis stres adalah hal wajar namun jika stres itu muncul setiap kali sampai berdampak buruk baik fisik dan mental maka harus diwaspadai. Lalu jika seburuk itu akibatnya bagaimana cara menyikapi stres? Dr. Faisaluddin berkata bahwa yang dihadapi bukanlah stres itu sendiri tapi pikiran buruk yang kita buat sehingga memperparah stres kita. Singkatnya ubahlah mindset. Jika kita stres, lawan dengan pikiran-pikiran yang positif dan membangun. Ada sebuah kalimat bijak oleh Hens Selye “Its not stress that kill us, it is our reaction to it.” Atau bukan stres yang membunuh kita tapi reaksi kita terhadap stres atas itulah yang membunuh kita.

Ketika penyampaian dari kedua pemateri telah selesai maka dilanjutkan sesi diskusi dan tanya jawab baik oleh peserta seminar offline maupun online. Acara seminar ditutup dengan pemberian kenang-kenangan kepada para pemateri dan juga foto bersama dengan seluruh peserta seminar offline.

Penulis : Virga (Jurnalika bhamada)